Guruku

My FamilyKiswanto, S.Pd lahir di dusun Dono Lor Desa Temu Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur pada tanggal 1 Desember 1982 dari pasangan suami istri Matkun dan Kasdarwati. Sejak kecil dibesarkan dari keluarga yang kurang berada. Ayahnya seorang petani yang kerjanya bertani sambil membuat anyaman dan Ibunya seorang pedangan sayur keliling dari desa satu ke desa yang lain berangkat ke pasar jam 05.00 dan sampai rumah jam 13.30.

Pendidikan nonformal  di ikuti mulai dari mushola “sabilul muttaqin” yang oleh pengasuhnya di ubah menjadi “roudlotul ulum” yang berada di dekat rumahnya yang dimulai belajar setelah magrib dan setelah sholat isya’ baru pulang dan sudah hatam quran sejak kelas 5 SD. Lalu untuk menambah pengetahuan tentang ilmu agama, ia menambah ilmu di diniyah “Roudlotul Jannah” dusun Patoman Desa Simorejo yang dimulai pukul 14.00 sampai pukul 05.00. Pendidikan ini ia ikuti sampai kelas 6 SD. Karena keterbatasan waktu, setelah lulus Sekolah Dasar  tidak dapat lagi belajar di diniyah karena harus mengajar TPQ di mushola dekat rumah setiap jam 14.00 sampai 16.00.  Hal ini dijalani sampai lulus MTs.

Pendidikan formalnya dimulai dari SDN Temu I Kanor lalu melanjutkan di MTs Roudloh Desa Semambung Kanor meski oleh wali kelasnya dilarang untuk sekolah di MTs (disarankan di SMPN 1 Kanor), namun ia nekat tetap sekolah di MTs Roudloh. Mungkin telah menjadi takdirnya, dari MTs itulah ia mulai tahu pentingnya belajar. Setelah melihat dan mengikuti pembelajaran PKn saat MOS (sekarang MOPD), ia mulai senang diajar oleh gurunya yang kebetulan guru tersebut mengajar bahasa Arab, guru tersebut adalah Bapak Syamsi. Karena itulah ia mulai menyukai pelajaran bahasa Arab. Akhirnya kegiatan belajar  mata pelajaran lain  ia perlakukan seperti pelajaran bahasa Arab. Tanpa sadar, ia mulai kelas 1 sampai 3 di MTs Roudloh bahasa Arab tidak pernah mendapatkan nilai 8 ke bawah, dengan kata lain selalu mendapatkan nilai 9 terus. Pendidkan berikutnya ia lalui di MAN 1 Bojonegoro (sekarang MAN Model Bojonegoro). Ada berbagai rintangan ketika ia akan masuk MAN yang malah berasal dari keluarganya sendiri, “ojo masuk MAN, bayare larang… anak e kepala Sekolah SD karo ae cuma no MAN, wedi biayane…..” itu yang diucapkan orang kala itu. Namun ia dan keluarganya tetap semangat tanpa menyerah sampai lulus MAN. Ditengah-tengah pendidikan ada gangguan berasal dari orang tuanya, Ayahnya sakit paru-paru ketika ia masih duduk di kelas 2 MAN. yang harus dirawat di rumah sakit selama 1 minggu yang berakibat ia harus berangkat dan pulang sekolah dari rumah sakit muhammadiyah sumberrejo. Ada sedikit ketakutan yang ia rasakan ketika menginjakkan kaki di MAN 1 Bojonegoro, ia berfikir “mampukah saya belajar di sini? saya dari MTs swasta, namun harus berjuang melawan anak-anak pintar dari MTs N 1 Bojonegoro, SMPN di wilayah bojonegoro, SMPN 1 padangan dan seterusnya”. Dari bekal pertanyaan inilah, ia lalu meminjam buku-buku, LKS dari kakak kelasnya, Mbak Hanik Zubaidah yang termasuk siswa paling pandai angkatan 1998 karena ia selalu peringat 1 dan 2 di MAN 1 Bojonegoro dan selalu dipelajarinya mulai magrib sampai jam 20.30 setiap hari.  Mungkin karena berasal dari MTs swasta yang nilainya pun kurang bisa bersaing, ia ditempatkan di kelas 1.5, namun hikmah selalu ada dibalik semua rencana Allah, ia selalu mendapatkan peringkat pertama selama di kelas tersebut.

MAN 1 Bojonegoro

Ada kejadian khusus yang tak terlupakan yang ia alami ketika ada pergantian wali kelas 1.5. Dia adalah Ibu Evi, guru fisika yang baru, Dia dikenal galak dan tegas, tidak banyak bergurau namun orang cantik sekali. Suatu ketika ada ulangan fisika bab Impuls dan Momentum, dari semua siswa dan kelas yang diajar Ibu Evi, mulai 1.1 sampai 1.5 tidak ada yang dapat nilai lebih dari 50 setelah dikoreksi dan dibagikan. Akhirnya ibu Evi marah besar dan dibuatlah ujian ulang pada minggu berikutnya. Dari ujian ulang itu alhasil, ia mendapakan nilai 97,5 yang awalnya hanya 45. Maka bergembiralah ibu Evi kala itu dan dipamerkannya nama Kiswanto ke kelas-kelas dan akhirnya banyak siswa yang penasaran tentang dia. Kejadian itu membuat ia malah semangat dan menyukai mata pelajaran fisika setelah bahasa Arab.

Prestasi ini membuat ia lalu masuk ke kelas 2.5. Kelas ini adalah kumpulan anak-anak yang super pintar, yang direncanakan akan membawa nama harum untuk madrasah, siswanya banyak berasal dari kelas 1.1 dan 1.3. Prestasinya mulai menurun karena banyaknya aktivitas yang ia lakukan di luar jam sekolah, ia ikut kegiatan pramuka dan pengurus OSIS kala itu sehingga frekuensi belajarnya menurun. di kelas ini Cawu 1 ia peringkat 3, cawu 2 peringkat 7 dan cawu 3 ia peringkat 5. Prestasi yang mengecewakan padahal sebelumya ia selalu peringkat 1 dan 2. Ketika kenaikan kelas, ia naik ke kelas 3 jurusan IPA.1 yang lagi-lagi dihuni oleh onak-anak super tadi, namun ternyata ia masih bisa bersaing sehingga ia masih mendapatkan juara 1 pada cawu pertama. Karena prestasi ini ia lalu mendapatkan beasiswa dari usulan wali kelasnya, Ibu Siti Kholifah (guru Bahasa Indonesia) yag merupakan istri dari bapak H. Zainul Arifin.

Keinginannya tidak berhenti begitu saja, ia mulai mendaftarkan ke universitas lewat jalur PMDK (penelusuran minat dan keahlian) jurusan fisika di UM (universitas negeri malang) bersama dengan Siti Maghfiroh dan Dina Mardiana kala itu. Namun keberuntungan tidak berpihak, ia dinyatakan tidak lulus, karena tidak percaya dan terlalu pede ia lalu berangkat bersama Darto ke Malang untuk melihat langsung, namun ternyata info itu benar adanya bahwa ia tidak lulus seleksi PMDK, yang dinyatakan lulus hanya Siti Maghfiroh di fisika dan Dina Mardiana di bahasa Inggris saja dan yang lebih gila lagi, Firoh (panggilan akrabnya Siti Maghfiroh) tidak dimasuki karena ia juga diterima di ITS Surabaya jurusan fisika juga. Berat kekecewaan yang ia alami saat itu, namun ia tidak menyerah, ia meminjam buku-buku bimbingan ke teman-temanya (sebut saja Dina Mardiana), gimana tidak pinjam, ia hanya diberi uang saku Rp. 5000 setiap minggunya, tidak cukup untuk membeli buku atau bahkan les/bimbingan belajar. Ia pelajari buku-buku itu sampai tuntas, dan ia tetap memilih jurusan fisika di UM (universitas negeri malang) sebagai pilihan pertamanya dan Kimia di UM sebagai pilihan keduanya ketika ia mendaftarkan diri di UMPTN (sekarang SBMPTN). Berbekal keterbatasan biaya, ia hanya mampu belajar dan berdoa, lain halnya dengan teman-temannya yang lain yang bisa les privat, beimbingan di LBB. Ia sholat dhuha setiap pagi dilanjutkan belajar sampai jam 11.00 lalu tidur, begitu seterusnya sampai pengumuman UMPTN.

UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri)

Lalu ia mendaftarkan UMPTN di surabaya bersamaan dengan tetangga dari mbaknya -Mbak Ning-Surabaya (namanya Zamzuri), begitu ketatnya pengembalian formulir UMPTN. Pintu masuk gedung dijaga oleh Menwa (Resimen Mahasiswa) yang galak-galak, tidak boleh masuk bila memakai kaos oblong dan tidak memakai sepatu. Satu langkah sudah ia lalui, tinggal berdoa dan belajar yang hanya bisa ia lakukan. Ketika akan tes, ia pun ikut di tetangganya _Mas Heru_ yang kuliah di ITS. Begitu banyaknya yang akan tes UMPTN sehingga bis-bis penuh, sehingga ia bersama mas Heru harus berdiri dari perempatan Sumberrejo sampai Surabaya. Alhasil di terminal Tb. Osowilangun juga susah mencari lyn sehingga jam 21.00 baru sampai di kos-kosan padahal berangkat jam 15.00. Setiap malam ia selalu belajar dengan meminjam buku dari mas Heru dan teman satu kampusnya, ia bahkan ingin menangis karena tidak bisa mengerjakan soal dari LBB pHi-Beta, namun ia pasrahkan semua kepada Allah. PENTING sekali di saat kita susah, kita berusaha sekuat-kuatnya lalu tawakal dan selalu berdoa kepada Allah agar masalah kita diberi jalan keluar terbaik. Ia menginap di kos-kosan selama 2 malam, suatu ketika setelah mandi ia kepergok oleh ibu kos, ibu kos marah akhirnya ia ditarik biaya Rp.10.000. Kecil memang uang segitu, namun besar nilainya bagi dia karena ia hanya diberi uang saku Rp. 100.000. Dalam hati ia menangis dan berdoa kepada Allah ” Ya Allah, hamba ikhlas memberi uang itu, karena saya memang salah tidak ijin, namun jadikanlah uang itu sebagai tebusan atas kelulusan UMPTN saya, Amin”. Doa itu yang ia selalu panjatkan kepada Allah agar diberi kekuatan. Masalah tidak berhenti begitu saja, ketika besuk akan tes setiap peserta harus melihat ruang tesnya, agar besuk pagi biar berangkat lebih awal dan tidak salah. karena kurang teliti akhirnya ia survei ruang UMPTN namun yang dilihat bukan ruangannya tetapi ruang dosen pengawas ruang dia. Akhirnya ketika ia beragkat pagi itulah ia baru sadar bahwa ruang tadi malam yang baru dilihatnya bersama Mas Heru adalah ruang pengawas, untungnya ruang ujiannya berada di bawah ruang itu. Akhirnya ia bis amengikuti ujian dengan lancar sampai hari ke 2.

Selama menunggu pengumuman ia selalu menyempatkan sholat dhuha 12 rokaat setiap pagi sebelum tidur siang dengan harapan Allah akan membukakan pintu rizki agar bisa lulus UMPTN. Tibalah saatnya pengumuman UMPTN, ia lalu memohon ijin berangkat ke Surabaya ke rumah Mbak Ning untuk melihat pengumuman walaupun dikoran juga ada. Tujuannya adalah ia bisa langsung bekerja misalnya tidak lulus. Akhirnya saat pengumuman di koran ia dinyatakan lulus, dan ibunya seperti biasa berjualan dan mampir ke SDN Bungur untuk pinjam koran ke Kantor guru. Begitu senangnya ibunya ketika dilihatnya nama anaknya tercantum di salah satu dari ribuan nama yang diterima UMPTN dari seluruh PTN di Indonesia, di jurusan fisika. Setelah dinyatakan lulus, peserta harus membawa Kartu Peserta UMPTN yang digunakan saat tes, ia terkejut karena kartu peserta itu tidak ia simpan. Pengumuman lulus tidak serta merta membuat ia bahagia karena tidak ada artinya diterima bila kartunya hilang, dengan hati was-was ia pulang ke rumah, sesampainya di rumah ia mencari kartu itu dan setelah lama dicari akhirnya ditemukan di kolong tempat tidurnya, warnanya sudah kelabu karena terkena debu dan lembab. Berbahagialah ia saat itu.

Universitas Negeri Malang (UM)

Setelah dinyatakan diterima, ia harus daftar ulang di UM, ia harus membayar biaya masuk Rp. 1.045.000. Sekali lagi ada keterbatasan biaya, ia ke malang hanya membawa uang Rp. 600.000. dengan bantuan mbak Hanik ia membuat surat pernyataan bahwa ia baru bisa melunasi sisanya 3 bulan lagi, sekarang hanya mampu membayar Rp. 500.000. Selang beberapa hari, dipanggilah ia ke gedung A2, lalu Bidang Kemahasiswaan berkata: “Jangan 3 bulan mas, sekalian 6 bulan saja….”, itu merupakan berita yang sangat menggembirakan, akahirnya ia melengkapi surat tidak mampu dari kepala desa untuk menjadi lampiran dari peryataan penundaan tersebut. Tidak lama kemudian ia dipanggil lagi oleh A2, ia diberi Beasiswa selama 4 bulan, namun harus melengkapi persyaratan administrasi, lagi-lagi berita gembira ia dapatkan. Ada Bahagia dibalik Kesedihan. Itulah ujian hidup, bila kita sabar dan tawakal, maka Allah akan memberi jalan terang.

Empat tahun ia lalui sebagai mahasiswa fisika UM, dengan berbekal daftar beasiswa setiap akhir tahun, ia selalu mendapatkan beasiswa selama kuliah dan bahkan sampai luluspun ia tetap medapat biasiswa dari kampus. Banyak godaan dan rintangan berkaitan dengan biaya kuliah (ibunya harus operasi tumor kandungan) sehingga ia harus pontang-panting mencari tambahan biaya hidup di Malang dengan memberi les privat baik SD maupun SMP, baik mata pelajaran sekolah maupun mengaji. Berbekal kemampuan menganalisis data bersama Ahmad Taufiq ia mendapatkan tambahan biaya hidup dan biaya penyusunan skripsinya, sehingga semester 6 ia sudah dinyatakan lulus skripsi walaupun hanya mendapatkan nilai B. Akhirnya pada bulan September 2004 ia diwisuda dengan IPK 3,11 (sangat memuaskan). Lalu ia memutuskan untuk mendaftarkan diri sebagai guru bantu Dinas Pendidikan, namun gagal. Akhirnya ia mendaftarkan sebagai CPNS diknas dan CPNS Depag. Pada tanggal 25 Desember 2004 ia dinyatakan diterima di CPNS Kemenag, sungguh hal yang sangat membahagiakan dalam hidupnya ia bisa dierima PNS tanpa biaya sepeserpun. SK ia terima pada bulan maret dengan TMT 1 Januari 2005 ia dinyatakan sebagai CPNS Depag (sekarang Kemenag). Yang membuat ia kurang bersyukur adalah ia ditempatkan di MAN Ngraho, tempat yang tidak diketahuinya selama ini. Namun bila dijalani dengan ikhlas maka akan membawa berkah tersendiri, bayak pengalaman yang ia dapatkan di Ngraho. Akhirnya pada Juli 2010 ia mutasi di MAN Baureno smapai dengan sekarang. Ia dipercarcaya sebagai Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum mulai September 2012 sampai sekarang.

RENUNGAN

Oleh karena itu, pasti ada rencana Allah yang terbaik bagi kita. Berusahalah sekeras mungkin untuk menggapai cita-cita. Berdoalah dan tawakallah kepada Allah agar dikabulkan semua doa kita. Jangan lupa ditambah Sholat Malam dan Sholat Dhuha untuk berkomunikasi kepada Allah. Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang diridloi-Nya. Aminn

Tinggalkan komentar